Bagaimana kalau main-main kita potong setengah menjadi main
saja? Ia kemudian berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan
hati, bisa juga dengan menggunakan alat tertentu. Kamera tentu termasuk salah
satunya.
Main berubah menjadi “negatif” saat berganda menjadi
main-main. Sementara iseng tetaplah “negatif” walau berganda. Jika si iseng ini
ingin menjadi “positif” ia harus merupakan dasar dari tindakan main. Saya harap
kita bersepakat karena ini sedang (iseng) bermain kata. Bukan main-main kata. Njlimet ya? ☺
Seorang sohib, sebut saja FX Damarjati, dosen UPI YAI yang
ganteng itu, berawal dari keisengan mengamati kecoak menjadikannya tindakan (ber)main
simbol dengan dan lewat hewan yang untuk sebagian (besar?) orang menjijikkan
itu. Lalu kecoak bisa menjadi simbol kemewahan dalam wujud perhiasan (cincin)
atau tampil dalam keindahan kelopak bunga.
Karya FX. Damarjati dalam buku "Kala Aku" |
Kecoak tak lagi tampil verbal sebagai makhluk yang banyak
diemohi menjadi hal tersamar dan wajar tampil dalam karya dan terpajang di
galeri. Ia menjadi bagian dari aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati
sang kreator: mencipta. Bahkan kecoak itu sungguh berjasa membuatnya lulus
Strata Dua sebagai bahan thesis.
Jadilah iseng sangat boleh sebagai mula, bukan muara,
apalagi alibi soal keengganan atas ketidakseriusan. Mari aminkan judul
tulisan ini; isenglah sejak dalam pikiran, seriuslah dalam tindakan (bermain). Karena
sesungguhnya kita adalah Homo Ludens (makhluk
yang bermain). ISENG bisa juga berarti: Ih
SErius baNGet..!! Walau sekedar memotret kegiatan anak di sekolah, karena akan jadi selembar kenangan yang tak terlupakan. Jangan hanya serius saat motret model.
Bung Besar penyemangat dalam kelas.. |
Nah..berikut adalah foto iseng gegara saat bisa mengantar
bocah ke sekolah bertepatan dengan jadwal imunisasi dari Puskesmas digelar.
Andai masih aktif berkegiatan di koran, foto-foto ini bisa dimuat nih, sebagai
bentuk keisengan redaktur foto pasang foto anak sendiri. J Ya…redaktur foto itu banyak
isengnya, termasuk ngisengin
fotografer dengan penugasan yang sulit dan menyengsarakan. Sudahlah tempatnya
jauh, harus berangkat pagi buta pula ke acara tentara.
Saya curiga keisengan pulalah yang mendasari kerja para
penguasa. Semoga benar (berniat) demi menyenangkan hati rakyat. Jika tidak ia
akan digugat sepanjang hayat setidaknya lewat lambe turah di media sosial. Bahkan saat ia sudah pensiun (mencipta
lagu) sekalipun.
“Nah ngelantur kan?!?”
Oiya, berikut foto-foto itu.. ☺
Abyan yang 14 Agustus lalu genap 8 tahun, kini kelas 2 SD. Ketahuan kan mana bocahnya? :) |
Tanda hadir.. |
Aksi petugas Puskesmas.. |
Iapun beraksi memalingkan muka.. |
Mencoba bersembunyi.. |
Ragam ekspresi.. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar